On Du’a

Dulu ada seorang murid yang pintar sekali. Sayangnya, sudah beberapa kali ia gagal dalam ujian negara. Padahal, kelulusan ini adalah definisi sukses ia dan keluarganya.

Kemudian, pergilah ia ke gurunya. Sang guru, dengan kearifan yang diperoleh dari kebijaksanaan dan pengalaman sampai usia senjanya hanya tersenyum melihat muridnya datang dan berkeluh padanya.

“Saya sudah usaha maksimal, sudah doa juga. Tapi nggak dikabulkan terus, Guru. Saya sudah capai berdoa. Ngapain berdoa kalau ujungnya saya kecewa,” kata sang murid.

Alih-alih menanggapi keluhan murid kesayangannya, ia hanya tersenyum dan memberikan sebuah keranjang tua penuh tanah.

“Coba ambilkan aku air dengan keranjang ini ya, dari sungai di seberang sana, ” kata Sang Guru.

Sebagai murid yang berbakti pada gurunya, si murid pun bergegas melaksanakan perintah Si Guru. Dengan sedikit mbatin bin menggerutu tentunya menghadapi permintaan unik ini. Bagaimana tidak unik, mana mungkin mengangkut air dengan keranjang?

Hasilnya pun bisa ditebak. Setelah 1 jam bolak balik sungai ke pondok Sang Guru yang jaraknya 200 meter, gentong air sang Guru masih kosong. Si murid takberhasil.

“Apakah kau sudah lelah?”

“Bagaimana aku tidak lelah, Guru. Keranjang ini takmampu mengangkut air sedikitpun. Padahal aku sudah berkali-kali berusaha.”

“Ya, tapi coba lihat keranjangmu sekarang.”

Si murid memperhatikan keranjang penuh tanah yang digunakannya. Keranjang itu kini bersih seperti baru.

“Seperti itulah doa. Biarpun mungkin doamu belum terjawab dengan jawaban yang engkau inginkan, tapi berdoa akan membersihkan hatimu. Jika hatimu bersih, engkau akan semakin dekat dengan Tuhanmu. Bukankah pada akhirnya itu tujuan kita sebagai manusia? Apapun yang kita lakukan hanyalah ‘alat’ untuk PDKT dengan Tuhan.”

As retold by my husband.

Cerita Perjalanan 2: Lititz, Mengunjungi Toko Pretzel Tertua di Amerika

Setelah membeli pembatas buku dan dihadiahi buku resep masakan oleh Bu Sue, kami pergi untuk mengunjungi toko bakery Julius Sturgiss, yang berada di kota kecil Lititz, di dekat Amish County. Dibangun pada tahun 1861, toko ini sekarang diurus oleh generasi ke-tiga dan ke-empat dari Pak Julius Sturgiss. Toko ini merupakan toko pretzel pertama di Amerika. Continue reading

Cerita Perjalanan 1: Lancaster, kotanya Kaum Amish

Dua hari sebelum Natal 2013, saya dan teman perjalanan saya, Yuni, mengunjungi Pennsylvania Dutch County. Kota kecil yang berada di wilayah Lancaster, negara bagian Pennsylvania ini terkenal sebagai salah satu kota di Amerika Serikat, yang dihuni oleh kaum Amish, khususnya yang berasal dari peranakan Jerman-Swiss, karena itu disebut Pennsylvania Dutch. Kaum Amish ini unik karena menolak gaya hidup modern. Mereka tidak mau menggunakan listrik, maupun peralatan modern lainnya seperti kamera, mobil maupun telepon genggam. Mereka berpendapat bahwa hal-hal material ini tidaklah sesuai dengan hakikat manusia yang harusnya hidup bisa hidup dengan bekerja sama sertamemenuhi hidupnya dari alam. Hal-hal material seperti uang, listrik maupun teknologi maju mengikis sisi-sisi kemanusiaan ini. Sebagai bentuk penentangan terhadap gaya hidup ini, mereka memilih mengisolasi diri dari kehidupan modern. Continue reading

Tentang Plover

plover |ˈplʌvə|

[noun] a short-billed gregarious wading bird, typically found by water but sometimes frequenting grassland, tundra, and mountains.

Plover. Begitulah aku menamai salah satu sahabat terbaikku ini di HP maupun menceritakannya dalam jurnalku. Bagiku, sahabatku ini seperti burung plover – iya, burung yang akan terbang ke bagian daerah selatan ketika musim dingin tiba itu; terbang tinggi dan melakukan apa yang harus dilakukan, tetapi akan selalu kembali ke rumah, apapun pengertian rumah itu. Sekali ia memantapkan hati melakukan sesuatu, apapun itu, baik itu lomba, melatih debat, mapun makan sayur, ia akan melakukannya dengan sepenuh hati, sebaik mungkin. Continue reading

9 Orang Berpengaruh dalam Hidup Saya

Membaca postingan salah seorang kawan tentang orang-orang berpengaruh dalam hidupnya membuat saya merenungkan kembali mengenai interaksi saya dengan orang lain. I guess, I consider any chance of crossing paths with people to be always magical! Haha, ini kalo lagi bener, nggak ngantuk dan nggak capek 😀 For me, people are made of stardust – of experiences and thoughts – of everything they’ve been exposed to: books they read, movies they watch, ideas and dreams they nurture, and wisdom they grasp. Therefore, meeting people with everything that makes them who they are is always more than a blessing. Who knows what lessons that they’re going to teach us in that exact moment! People change. What makes them who they are, is always fluid. This means that what we may learn that exact moment may be different from a day or two or even years after that moment.

To remember these encounters and how blessed I feel to have crossed path with many people who have taught me many life lessons; I decide to make this list. Well, there are many people actually, but I guess, for now, they’re the first I’d like to share. For some others like Bu Atun, Mas Hendi, Tala, Diana, Bu Farida and Kunto, I’ve mentioned them somewhere in my older posts. For some others like Bu Dwi, Mbak Dinny, Mbak Yaya, Mbak Muna, Kak Aleb, Kak Ivan, Ryan, Vian, P. Niko, Ralph, Tommy, Santi, Mb Retty, Cakshon, Mbak Lilik, etc, I guess I’ll take another time for them. Oh, and I intentionally not mentioning their full name just in case they wouldn’t prefer any other people who google their names to find what I wrote. Continue reading